Minggu, 09 Februari 2014

FUNGSI SENI

Fungsi Seni




           Setiap kegiatan kesenian paling tidak ada dua pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu seniman (disebut sebagai pihak pemberi) dan masyarakat penikmat (disebut sebagai pihak penerima). Dari pihak yang memberi kepada pihak yang menerima ada pesan yang ingin disampaikan. Pesan itu datangnya dapat dari pihak seniman itu sendiri, tetapi ada kalanya ada pesan titipan yang harus disampaikan oleh seniman kepada masyarakat penikmat. Seni berfungsi sebagai sarana atau alat komunikasi yang harus membawa pesan. Dengan demikian seni itu mempunyai beberapa fungsi yang dipandang dari beberapa segi.

Dipandang dari segi seniman, maka seni berfungsi sebagai:
a. Alat ekspresi, yaitu menyampaikan pesan isi hari seniman
b. Mata pencaharian yang dapat membiayai hidupnya
• Dipandang dari segi masyarakat penikmat, seni berfungsi sebagai alat hiburan yang mampu melupakan, menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesusahan dan kesedihannya.
• Dipandang dari segi siapa saja yang berkepentingan, baik seniman sendiri, pemerintah atau pihak siapa saja yang berminat terhadap seni, maka seni berfungsi sebagai:
a. Alat pendidikan dari pihak tertentu, misalnya pemerintah karena kepentingan agama dan sebagainya untuk mengajak masyarakat penikmat agar berbuat atau bersikap tertentu
b. Alat komunikasi, untuk menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain

I. SENI SEBAGAI ALAT EKSPRESI

              Fungsi seni sebagai alat ekspresi merupakan fungsi yang utama dari kehadirannya. Pernah dalam suatu masa, fungsi ini merupakan fungsi yang sangat ditonjolkan, bahkan mutlak, tidak dapat dicampuri oleh fungsi-fungsi yang lain. Seakan-akan merupakan hal yang tabu bilamana seni itu dicampuri dengan soal dan masalah lain.
Seni sebagai satu-satunya alat untuk mengekspresikan isi hati seniman, agar dapat diterima oleh masyarakat penikmat, sejak kelahirannya yang pertama hingga sekarang mengalami perkembangan. Dari mula-mula yang primitif hingga sekarang seni modern. Namun fungsi utama ini tetap tidak pernah berubah, semakin terampik dan berbakat seorang seniman menggunakan seni untuk mengekspresikan isi hatinya, semakin tinggi dan bermutu seni yang ia hasilkan dan semakin besar pula nama seniman itu. banyak nama-nama besar, baik dalam bidang seni rupa, musik, tari, karawitan, pedalangan maupun sastra, yang merupakan seniman dengan ketrampilan dan bakatnya dalam mengekspresikan jiwanya melalui seni. Jadi kebesaran para seniman itu selalu terletak pada fungsi seni.
Manusia mengenal berbagai alat ekspresi. Alat ekspresi yang mengandung unsur artistik itu adalah seni sedangkan yang tidak mengandung dan mengutamakan unsur artistik adalah non seni. Berbagai alat ekspresi itu pada dasarnya adalah isyarat. Isyarat itu dapat menggunakan badan atau diri manusia itu sendiri dan isyarat yang menggunakan peralatan.
Adapun isyarat-isyarat yang menggunakan badan manusia itu sendiri misalnya dengan mengeluarkan suara seperti bersiul, berteriak, berkata. Dengan menggerakkan badan seperti melambai, menggeleng, menginjak-injakkan kaki dan menari. Isyarat yang menggunakan alat misalnya memukul-mukul sesuatu, meniup sesuatu dan sebagainya.
Apabila sarana-sarana ekspresi itu disertai unsur artistik maka terjadilah seni, misalnya berkata yang disertai unsur artistik akan menjadi sastra, baik secara tertulis maupun diucapkan. Berbunyi yang disertai dengan unsur artistik akan melahirkan musik dan nyanyi. Gerakan yang disertai unsur artistik akan melahirkan tari.
Demikianlah seni sebagai alat ekspresi, telah membawa seniman ke puncak kebesarannya. Dan sebaliknya, berkat seniman yang memanfaatkan seni untuk alat ekspresinya, maka seni menjadi meningkat makin maju dan bermutu tinggi.

II. SENI SEBAGAI SUMBER MATA PENCAHARIAN
Semula seni hanya berfungsi sebagai alat ekspresi seniman. Kehidupan seniman menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitarnya. Atau dapat dikatakan bahwa seni hanya sebagai kegiatan sambilan saja dan merupakan bagian dari kegiatan agama.
Untuk pemujaan terhadap dewa-dewa, diucapkan mantra-mantra yang kadang kala harus diiringi dengan bunyi-bunyian dengan irama yang tertentu (awal dari musik). Selanjutnya mantra tersebut juga kadang-kadang diikuti pula oleh gerakan badan atau anggota badan dengan irama dan sikap tertentu pula (awal dari seni tari). Contoh seperti tersebut di atas masih dapat kita saksikan di pulau Bali sampai sekarang. Dengan semakin majunya perkembangan masyarakat, dan terjadinya pembagian pekerjaan dan keahlian di masyarakat. Maka seniman yang sudah mulai memilih tugas kemasyarakatannya di bidang kesenian harus mampu hidup dengan seninya.
              Hal itu sesuai pula dengan perkembagan masyarakat dimaka kesenian sekarang tidak saja diperlukan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, tetapi juga diperlukan dalam kegiatan hiburan di masyarakat. Lahirlah seniman profesional, yaitu seniman yang mencurahkan seluruh hidupnya dalam kesenian. Dan seni harus mampu mendukung kehidupan seniman itu dengan keluarganya.
Saat sekarang ini jabatan seniman di Indonesia merupakan jabatan yang masih langka, yaitu jabatan yang masih jarang ditemukan. Hal ini terjadi karena untuk menjadi seorang seniman diperlukan bakat yang khusus, sehingga tidak banyak ditemukan orang yang akan menjadi seniman. Lembaga pendidikan yang menangani masalah seni masih sedikit. Disamping itu yang merupakan sebab paling utama adalah ketidak yakinan para orang tua terhadap jabatan seniman sebagai sumber mata pencaharian hidup, sehingga tidak jarang para orang tua menjadi perintang anak yang berbakat di bidang seni yang ingin menerjunkan dirinya dalam dunia seni.
              Masa depan kehidupan seni di Indonesia dewasa ini cukup menggembirakan dan dapat dikatakan cukup cerah. Berkat semakin majunya perkembangan ekonomi bangsa Indonesia, yang diakibatkan oleh adanya pembangunan-pembangunan yang diadakan di segala bidang kehidupan akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Seni mengalami tingkat kemakmuran yang tinggi, dengan semakin makmurnya bangsa Indonesia maka kebutuhan akan seni semakin besar.
Jumlah seniman yang sedikit itu belum mampu mencukupi permintaan dari para penikmat seni. Oleh karena itu kebutuhan akan adanya seniman/seniwati pada masa yang akan datang akan semakin besar. Masalahnya terletak pada sang seniman itu sendiri. Mampukan mereka berkarya sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat untuk masa yang akan datang. Mampukah mereka menyajikan karya-karya yang bermutu sehingga dapat sesuai dengan selera serta gejolak seni masyarakat. Untuk itu diperlukan ketrampilan berolah seni, yang harus pula diikuti dengan ketrampilan mengelola (manajemen) di bidang penyelenggaraan seni.
Bentuk-bentuk kegiatan kesenian yang dapat diusahakan itu antara lain:
(1) Bertindak sebagai seniman pencipta misalnya sebagai pelukis, pematung, perancang (desainer), komponis, penata tari (koreografer), sastrawan.
(2) Bertindak sebagai seniman pelaku, misalnya pelukis, pematung, pengrajin, penyanyi, pemain salah satu instrumen musik, pengrawit, dalang, penari, dramawan, bintang film.
(3) Bertindak sebagai kritikus, misalnya sebagai pengulas seni di majalah-majalah atau surat-surat kabar, anggota redaksi bagian kesenian/kebudayaan, penulis buku kesenian.
(4) Bertindak sebagai pelatih atau instruktur seni, misalnya sebagai pelatih tari, pelatih nyanyi, pelatih koor, pelatih karawitan, pelatih lukis.
(5) Bertindak sebagai pengusaha di bidang penyelenggaraan seni (manager show business) misalnya sebagai pimpinan biro reklame rombongan tari-tarian, rombongan sandiwara, rombongan band, taman-taman hiburan, yang kesemuanya ini dapat disebut sebagai kegiatan wiraswasta di bidang kesenian. Kegiatan terakhir ini perlu digalakkan sesuai anjuran pemerintah agar para pemuda banyak bergerak di bidang wiraswasta.

         Akibat sampingan dari kegiatan-kegiatan ini akan mendatangkan juga keuntungan, misalnya dapat memajukan kegiatan kepariwisataan baik domestik maupun asing.

III. SENI SEBAGAI SARANA HIBURAN
              
               Menusia selalu diliputi kebutuhan-kebutuhan hidup. Kebutuhan itu dapat dibedakan atas kebutuhan yang bersifat jasmaniah (material) dan kebutuhan yang bersipat rohaniah (idial). Kebutuhan jasmaniah yang pokok (primer) yaitu makanan (pangan), pakaian (sandang) dan perumahan (papan). Sedangkan kebutuhan jasmaniah yang sedua (sekunder) adalah segala sesuatu yang dapat membuat hidup ini lebih nikmat (senang). Adapun kebutuhan rohaniah, misalnya menuntut ilmu, hiburan, penghargaan dan sebagainya.
Ada pula orang yang mengatakan bahwa kebutuhan primer (pokok) manusia itu adalah keselamatan. Segala keperluan bertujuan agar hidupnya selamat, tidak mati. Jadi misalnya agar tidak mati harus makan, seadanya asal makan. Baru sesudah selamat, kita mencari kesenangan. Setelah dapat makan, pasti berusaha agar makanan itu lebih enak, lebih nikmat, yang semula asal makan sekarang makan yang enak.
Makan yang enak tadi merupakan kebutuhan kedua (sekunder). Dalam rangka memenuhi kebutuhan sekunder inilah seni memegang peranan utama. Atau dapat dikatakan seni adalah untuk memenuhi kebutuhan kedua dari manusia, misalnya kebutuhan primer adalah makan, lahirlah kebutuhan sekunder yaitu seni makanan. Jika kebutuhan primer adalah pakaian, kebutuhan sekunder melahirkan seni berpakaian (model).        
              Dan jika kebutuhan primer adalah tempat berteduh, kebutuhan sekunder melahirkan seni bangunan (arsitektur). Jika kebutuhan primer adalah hidup, maka kebutuhan sekunder adalah hiburan dan melahirkan seni pertunjukan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap kesenangan inilah seni merupakan kebutuhan pokoknya atau apabila dibalik, seni itu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenangan atau kenikmatan.
Dalam mencari hiburan untuk memenuhi seleranya akan kesenangan itu, manusia menemukan berbagai kemungkinan. Ada yang mencari hiburan dengan hiburan yang tidak sehat dan ada pula yang mencari hiburan yang sehat.
             Hiburan yang tidak sehat misalnya dengan bermain judi, minum-minuman keras dan sebagainya yang semuanya berakibat buruk atau merusak kesehatan dan kehidupannya. Sedangkan hiburan yang sehat, disamping dapat menyenangkan hidupnya berakibat pula membawa peningkatan kepribadian dan kehalusan jiwanya, misalnya olah raga, pekerjaan tangan, memelihara dan mengumpulkan sesuatu, dan sebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan hiburan, seni berfungsi sebagai tontonan. Dapat pula berfungsi sebagai seni pergaulan. Dan dapat pula digunakan sebagai suatu kegiatan.
Seni sebagai tontonan itu dapat menentramkan hati orang yang menyaksikan. Menimbulkan rasa puas yang berkepanjangan. Untuk sampai pada keadaan seperti itu diperlukan pengertian dan kemampuan untuk mencerna seni yang ditonton.
            Seni pergaulan berwujud tari pergaulan, yaitu bentuk tari-tarian yang dilakukan secara bersama-sama antara pria dan wanita. Dengan melakukan tarian pergaulan itu akan dicapai rasa puas dan senang. Tari pergaulan dapat mengarah pada bentuk tarian yang tidak sopan. Oleh karena itu, perlu diadakan pemilihan bentuk-bentuk tarian mana yang baik dan mana yang kurang baik.
Kegiatan kesenian yang digunakan sebagai hiburan disebut “hobby” (kesenangan). Orang akan merasakan puas, baik selama melakukan kegiatan itu maupun sewaktu malihat hasil karyanya pribadinya. Oleh karena itu dalam kegiatan semacam ini, mutu hasil karya bukanlah merupakan tujuan utama.

IV. SENI SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN

              Banyak para ahli pendidikan yang berpendapat bahwa seni itu dapat dipakai sebagai alat untuk mendidik, antara lain Ki Hajar Dewantara dangan Taman Siswa-nya. Semenjak berdiri hingga sekarang menggunakan seni sebagai salah satu alat pendidikan. Bagaimanakan penggunaan seni untuk pendidikan itu, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Waktu Berolah Seni
Dengan berolah seni dapat ditimbulkan sikap-sikap sebagai berikut:
(1) Memperhalus budi pekerti dan membuat sikap yang kasar, ugal-ugalan menjadi lebih halus dan sopan santun. Pengaruh seni yang demikian pernah dianjurkan oleh R. A. Kartini dalam mendidik, memperhalus budi pekerti dengan cara membatik.
(2) Menanamkan dan meningkatkan kedisiplinan. Kegiatan seni adalah kegiatan yang penuh dengan kedisiplinan. Tanpa disiplin tidak mungkin dilahirkan karya seni yang baik, misalnya waktu berlatih karawitan, masing-masing penabuh harus tunduk dengan aturan permainan. Apabila ada salah seorang penabuh yang tidak disiplin, mendahului atau terlambat membunyikan alatnya maka akan terjadi kesalahan pada keseluruhan orkestra itu. Hal ini juga terjadi pada tari, nyanyi dan sebagainya. Dengan demikian peserta olah seni itu akan dibiasakan dengan hal-hal yang disiplin
(3) Membangkitkan dan menanam rasa cinta tanah air dan bangsa. Seni selalu berhubungan dengan rasa kebangsaan. Apakah itu bangsa sendiri ataukah bangsa lain. Oleh karena itu pendidikan seni harus bermula dari seni sendiri. Seni bangsa sendiri harus dipelajari terlebih dahulu sebelum mempelajari seni bangsa lain. Dengan selalu bergaul dan mengenal seni bangsa sendiri, lama kelamaan tertanam rasa cinta dan menghormati bangsa sendiri, dan bangga akan karya-karya bangsanya. Untuk mengimbangi rasa cinta bangsa yang berlebih-lebih, hingga akan merendahkan bangsa lain, barulah diperkenalkan seni bangsa lain. Sifatnya hanya sebagai pelengkap dan pembanding, penghambat rasa yang berlebihan terhadap cinta bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar