Setiap kegiatan kesenian paling tidak ada dua pihak yang
terlibat di dalamnya, yaitu seniman (disebut sebagai pihak pemberi) dan
masyarakat penikmat (disebut sebagai pihak penerima). Dari pihak yang
memberi kepada pihak yang menerima ada pesan yang ingin disampaikan.
Pesan itu datangnya dapat dari pihak seniman itu sendiri, tetapi ada
kalanya ada pesan titipan yang harus disampaikan oleh seniman kepada
masyarakat penikmat. Seni berfungsi sebagai sarana atau alat komunikasi
yang harus membawa pesan. Dengan demikian seni itu mempunyai beberapa
fungsi yang dipandang dari beberapa segi.
Dipandang dari segi seniman, maka seni berfungsi sebagai:
a. Alat ekspresi, yaitu menyampaikan pesan isi hari seniman
b. Mata pencaharian yang dapat membiayai hidupnya
•
Dipandang dari segi masyarakat penikmat, seni berfungsi sebagai alat
hiburan yang mampu melupakan, menghilangkan atau setidaknya mengurangi
kesusahan dan kesedihannya.
•
Dipandang dari segi siapa saja yang berkepentingan, baik seniman
sendiri, pemerintah atau pihak siapa saja yang berminat terhadap seni,
maka seni berfungsi sebagai:
a.
Alat pendidikan dari pihak tertentu, misalnya pemerintah karena
kepentingan agama dan sebagainya untuk mengajak masyarakat penikmat agar
berbuat atau bersikap tertentu
b. Alat komunikasi, untuk menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain
I. SENI SEBAGAI ALAT EKSPRESI
Fungsi seni sebagai alat ekspresi merupakan fungsi yang utama dari
kehadirannya. Pernah dalam suatu masa, fungsi ini merupakan fungsi yang
sangat ditonjolkan, bahkan mutlak, tidak dapat dicampuri oleh
fungsi-fungsi yang lain. Seakan-akan merupakan hal yang tabu bilamana
seni itu dicampuri dengan soal dan masalah lain.
Seni
sebagai satu-satunya alat untuk mengekspresikan isi hati seniman, agar
dapat diterima oleh masyarakat penikmat, sejak kelahirannya yang pertama
hingga sekarang mengalami perkembangan. Dari mula-mula yang primitif
hingga sekarang seni modern. Namun fungsi utama ini tetap tidak pernah
berubah, semakin terampik dan berbakat seorang seniman menggunakan seni
untuk mengekspresikan isi hatinya, semakin tinggi dan bermutu seni yang
ia hasilkan dan semakin besar pula nama seniman itu. banyak nama-nama
besar, baik dalam bidang seni rupa, musik, tari, karawitan, pedalangan
maupun sastra, yang merupakan seniman dengan ketrampilan dan bakatnya
dalam mengekspresikan jiwanya melalui seni. Jadi kebesaran para seniman
itu selalu terletak pada fungsi seni.
Manusia
mengenal berbagai alat ekspresi. Alat ekspresi yang mengandung unsur
artistik itu adalah seni sedangkan yang tidak mengandung dan
mengutamakan unsur artistik adalah non seni. Berbagai alat ekspresi itu
pada dasarnya adalah isyarat. Isyarat itu dapat menggunakan badan atau
diri manusia itu sendiri dan isyarat yang menggunakan peralatan.
Adapun
isyarat-isyarat yang menggunakan badan manusia itu sendiri misalnya
dengan mengeluarkan suara seperti bersiul, berteriak, berkata. Dengan
menggerakkan badan seperti melambai, menggeleng, menginjak-injakkan kaki
dan menari. Isyarat yang menggunakan alat misalnya memukul-mukul
sesuatu, meniup sesuatu dan sebagainya.
Apabila
sarana-sarana ekspresi itu disertai unsur artistik maka terjadilah
seni, misalnya berkata yang disertai unsur artistik akan menjadi sastra,
baik secara tertulis maupun diucapkan. Berbunyi yang disertai dengan
unsur artistik akan melahirkan musik dan nyanyi. Gerakan yang disertai
unsur artistik akan melahirkan tari.
Demikianlah
seni sebagai alat ekspresi, telah membawa seniman ke puncak
kebesarannya. Dan sebaliknya, berkat seniman yang memanfaatkan seni
untuk alat ekspresinya, maka seni menjadi meningkat makin maju dan
bermutu tinggi.
II. SENI SEBAGAI SUMBER MATA PENCAHARIAN
Semula
seni hanya berfungsi sebagai alat ekspresi seniman. Kehidupan seniman
menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitarnya. Atau dapat dikatakan
bahwa seni hanya sebagai kegiatan sambilan saja dan merupakan bagian
dari kegiatan agama.
Untuk
pemujaan terhadap dewa-dewa, diucapkan mantra-mantra yang kadang kala
harus diiringi dengan bunyi-bunyian dengan irama yang tertentu (awal
dari musik). Selanjutnya mantra tersebut juga kadang-kadang diikuti pula
oleh gerakan badan atau anggota badan dengan irama dan sikap tertentu
pula (awal dari seni tari). Contoh seperti tersebut di atas masih dapat
kita saksikan di pulau Bali sampai sekarang. Dengan semakin majunya
perkembangan masyarakat, dan terjadinya pembagian pekerjaan dan keahlian
di masyarakat. Maka seniman yang sudah mulai memilih tugas
kemasyarakatannya di bidang kesenian harus mampu hidup dengan seninya.
Hal itu sesuai pula dengan perkembagan masyarakat dimaka kesenian
sekarang tidak saja diperlukan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, tetapi
juga diperlukan dalam kegiatan hiburan di masyarakat. Lahirlah seniman
profesional, yaitu seniman yang mencurahkan seluruh hidupnya dalam
kesenian. Dan seni harus mampu mendukung kehidupan seniman itu dengan
keluarganya.
Saat
sekarang ini jabatan seniman di Indonesia merupakan jabatan yang masih
langka, yaitu jabatan yang masih jarang ditemukan. Hal ini terjadi
karena untuk menjadi seorang seniman diperlukan bakat yang khusus,
sehingga tidak banyak ditemukan orang yang akan menjadi seniman. Lembaga
pendidikan yang menangani masalah seni masih sedikit. Disamping itu
yang merupakan sebab paling utama adalah ketidak yakinan para orang tua
terhadap jabatan seniman sebagai sumber mata pencaharian hidup, sehingga
tidak jarang para orang tua menjadi perintang anak yang berbakat di
bidang seni yang ingin menerjunkan dirinya dalam dunia seni.
Masa depan kehidupan seni di Indonesia dewasa ini cukup menggembirakan
dan dapat dikatakan cukup cerah. Berkat semakin majunya perkembangan
ekonomi bangsa Indonesia, yang diakibatkan oleh adanya
pembangunan-pembangunan yang diadakan di segala bidang kehidupan akan
membawa kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Seni mengalami tingkat
kemakmuran yang tinggi, dengan semakin makmurnya bangsa Indonesia maka
kebutuhan akan seni semakin besar.
Jumlah
seniman yang sedikit itu belum mampu mencukupi permintaan dari para
penikmat seni. Oleh karena itu kebutuhan akan adanya seniman/seniwati
pada masa yang akan datang akan semakin besar. Masalahnya terletak pada
sang seniman itu sendiri. Mampukan mereka berkarya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat untuk masa yang akan datang.
Mampukah mereka menyajikan karya-karya yang bermutu sehingga dapat
sesuai dengan selera serta gejolak seni masyarakat. Untuk itu diperlukan
ketrampilan berolah seni, yang harus pula diikuti dengan ketrampilan
mengelola (manajemen) di bidang penyelenggaraan seni.
Bentuk-bentuk kegiatan kesenian yang dapat diusahakan itu antara lain:
(1)
Bertindak sebagai seniman pencipta misalnya sebagai pelukis, pematung,
perancang (desainer), komponis, penata tari (koreografer), sastrawan.
(2)
Bertindak sebagai seniman pelaku, misalnya pelukis, pematung,
pengrajin, penyanyi, pemain salah satu instrumen musik, pengrawit,
dalang, penari, dramawan, bintang film.
(3)
Bertindak sebagai kritikus, misalnya sebagai pengulas seni di
majalah-majalah atau surat-surat kabar, anggota redaksi bagian
kesenian/kebudayaan, penulis buku kesenian.
(4)
Bertindak sebagai pelatih atau instruktur seni, misalnya sebagai
pelatih tari, pelatih nyanyi, pelatih koor, pelatih karawitan, pelatih
lukis.
(5)
Bertindak sebagai pengusaha di bidang penyelenggaraan seni (manager
show business) misalnya sebagai pimpinan biro reklame rombongan
tari-tarian, rombongan sandiwara, rombongan band, taman-taman hiburan,
yang kesemuanya ini dapat disebut sebagai kegiatan wiraswasta di bidang
kesenian. Kegiatan terakhir ini perlu digalakkan sesuai anjuran
pemerintah agar para pemuda banyak bergerak di bidang wiraswasta.
Akibat sampingan dari kegiatan-kegiatan ini akan mendatangkan juga
keuntungan, misalnya dapat memajukan kegiatan kepariwisataan baik
domestik maupun asing.
III. SENI SEBAGAI SARANA HIBURAN
Menusia selalu diliputi kebutuhan-kebutuhan hidup. Kebutuhan itu dapat
dibedakan atas kebutuhan yang bersifat jasmaniah (material) dan
kebutuhan yang bersipat rohaniah (idial). Kebutuhan jasmaniah yang pokok
(primer) yaitu makanan (pangan), pakaian (sandang) dan perumahan
(papan). Sedangkan kebutuhan jasmaniah yang sedua (sekunder) adalah
segala sesuatu yang dapat membuat hidup ini lebih nikmat (senang).
Adapun kebutuhan rohaniah, misalnya menuntut ilmu, hiburan, penghargaan
dan sebagainya.
Ada
pula orang yang mengatakan bahwa kebutuhan primer (pokok) manusia itu
adalah keselamatan. Segala keperluan bertujuan agar hidupnya selamat,
tidak mati. Jadi misalnya agar tidak mati harus makan, seadanya asal
makan. Baru sesudah selamat, kita mencari kesenangan. Setelah dapat
makan, pasti berusaha agar makanan itu lebih enak, lebih nikmat, yang
semula asal makan sekarang makan yang enak.
Makan
yang enak tadi merupakan kebutuhan kedua (sekunder). Dalam rangka
memenuhi kebutuhan sekunder inilah seni memegang peranan utama. Atau
dapat dikatakan seni adalah untuk memenuhi kebutuhan kedua dari manusia,
misalnya kebutuhan primer adalah makan, lahirlah kebutuhan sekunder
yaitu seni makanan. Jika kebutuhan primer adalah pakaian, kebutuhan
sekunder melahirkan seni berpakaian (model).
Dan jika kebutuhan primer adalah tempat berteduh, kebutuhan sekunder
melahirkan seni bangunan (arsitektur). Jika kebutuhan primer adalah
hidup, maka kebutuhan sekunder adalah hiburan dan melahirkan seni
pertunjukan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap kesenangan inilah seni
merupakan kebutuhan pokoknya atau apabila dibalik, seni itu berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenangan atau kenikmatan.
Dalam
mencari hiburan untuk memenuhi seleranya akan kesenangan itu, manusia
menemukan berbagai kemungkinan. Ada yang mencari hiburan dengan hiburan
yang tidak sehat dan ada pula yang mencari hiburan yang sehat.
Hiburan yang tidak sehat misalnya dengan bermain judi, minum-minuman
keras dan sebagainya yang semuanya berakibat buruk atau merusak
kesehatan dan kehidupannya. Sedangkan hiburan yang sehat, disamping
dapat menyenangkan hidupnya berakibat pula membawa peningkatan
kepribadian dan kehalusan jiwanya, misalnya olah raga, pekerjaan tangan,
memelihara dan mengumpulkan sesuatu, dan sebagainya.
Untuk
memenuhi kebutuhan hiburan, seni berfungsi sebagai tontonan. Dapat pula
berfungsi sebagai seni pergaulan. Dan dapat pula digunakan sebagai
suatu kegiatan.
Seni
sebagai tontonan itu dapat menentramkan hati orang yang menyaksikan.
Menimbulkan rasa puas yang berkepanjangan. Untuk sampai pada keadaan
seperti itu diperlukan pengertian dan kemampuan untuk mencerna seni yang
ditonton.
Seni pergaulan berwujud tari pergaulan, yaitu bentuk tari-tarian yang
dilakukan secara bersama-sama antara pria dan wanita. Dengan melakukan
tarian pergaulan itu akan dicapai rasa puas dan senang. Tari pergaulan
dapat mengarah pada bentuk tarian yang tidak sopan. Oleh karena itu,
perlu diadakan pemilihan bentuk-bentuk tarian mana yang baik dan mana
yang kurang baik.
Kegiatan
kesenian yang digunakan sebagai hiburan disebut “hobby” (kesenangan).
Orang akan merasakan puas, baik selama melakukan kegiatan itu maupun
sewaktu malihat hasil karyanya pribadinya. Oleh karena itu dalam
kegiatan semacam ini, mutu hasil karya bukanlah merupakan tujuan utama.
IV. SENI SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN
Banyak para ahli pendidikan yang berpendapat bahwa seni itu dapat
dipakai sebagai alat untuk mendidik, antara lain Ki Hajar Dewantara
dangan Taman Siswa-nya. Semenjak berdiri hingga sekarang menggunakan
seni sebagai salah satu alat pendidikan. Bagaimanakan penggunaan seni
untuk pendidikan itu, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Waktu Berolah Seni
Dengan berolah seni dapat ditimbulkan sikap-sikap sebagai berikut:
(1)
Memperhalus budi pekerti dan membuat sikap yang kasar, ugal-ugalan
menjadi lebih halus dan sopan santun. Pengaruh seni yang demikian pernah
dianjurkan oleh R. A. Kartini dalam mendidik, memperhalus budi pekerti
dengan cara membatik.
(2)
Menanamkan dan meningkatkan kedisiplinan. Kegiatan seni adalah kegiatan
yang penuh dengan kedisiplinan. Tanpa disiplin tidak mungkin dilahirkan
karya seni yang baik, misalnya waktu berlatih karawitan, masing-masing
penabuh harus tunduk dengan aturan permainan. Apabila ada salah seorang
penabuh yang tidak disiplin, mendahului atau terlambat membunyikan
alatnya maka akan terjadi kesalahan pada keseluruhan orkestra itu. Hal
ini juga terjadi pada tari, nyanyi dan sebagainya. Dengan demikian
peserta olah seni itu akan dibiasakan dengan hal-hal yang disiplin
(3)
Membangkitkan dan menanam rasa cinta tanah air dan bangsa. Seni selalu
berhubungan dengan rasa kebangsaan. Apakah itu bangsa sendiri ataukah
bangsa lain. Oleh karena itu pendidikan seni harus bermula dari seni
sendiri. Seni bangsa sendiri harus dipelajari terlebih dahulu sebelum
mempelajari seni bangsa lain. Dengan selalu bergaul dan mengenal seni
bangsa sendiri, lama kelamaan tertanam rasa cinta dan menghormati bangsa
sendiri, dan bangga akan karya-karya bangsanya. Untuk mengimbangi rasa
cinta bangsa yang berlebih-lebih, hingga akan merendahkan bangsa lain,
barulah diperkenalkan seni bangsa lain. Sifatnya hanya sebagai pelengkap
dan pembanding, penghambat rasa yang berlebihan terhadap cinta bangsa.